RSS

Belum Mau Berjilbab???

Belum Mau Berjilbab

Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu diperbaiki?
Kami jawab, “Hati juga mesti baik.
Lahiriyah pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan. Hanya pemahaman keliru dari aliran Murji’ah yang menganggap
iman itu cukup dengan amalan hati
ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh realisasi dalam tindakan dan amalan”

Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?
Kami jawab, “Lebih mending mana,
panas di dunia karena melakukan
ketaatan ataukah panas di neraka karena durhaka?” Coba direnungkan!

Beralasan belum siap berjilbab karena banyak orang yang berjilbab malah suka menggunjing?
Kami jawab, “Ingat tidak bisa kita
pukul rata bahwa setiap orang yang
berjilbab seperti itu. Itu paling hanya segelintir orang yang demikian, namun tidak semua. Sehingga tidak bisa kita sebut setiap wanita yang berjilbab suka menggunjing."

Beralasan lagi karena saat ini belum
siap berjilbab?
Kami jawab, “Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa nanit jika sudah pipi keriput dan rambut ubanan? Inilah was- was dari setan supaya kita menunda amalan baik. Jika tidak sekarang ini, mengapa mesti menunda berhijab besok dan besok lagi? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang. So … jangan menunda-nunda beramal baik. Jangan menunda-nunda untuk berjilbab.”

Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma berikut seharusnya menjadi
renungan, ِﺮِﻈَﺘْﻨَﺗ َﻼَﻓ َﺖْﻴَﺴْﻣَﺃ ﺍَﺫِﺇ َﺡﺎَﺒَّﺼﻟﺍ ، ﺍَﺫِﺇَﻭ ِﺮِﻈَﺘْﻨَﺗ َﻼَﻓ َﺖْﺤَﺒْﺻَﺃ َﺀﺎَﺴَﻤْﻟﺍ ، ْﻦِﻣ ْﺬُﺧَﻭ َﻚِﺿَﺮَﻤِﻟ َﻚِﺘَّﺤِﺻ ، ْﻦِﻣَﻭ َﻚِﺗْﻮَﻤِﻟ َﻚِﺗﺎَﻴَﺣ

“Jika engkau berada di waktu sore,
maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no.
6416).
Hadits ini menunjukkan dorongan
untuk menjadikan kematian seperti
berada di hadapan kita sehingga
bayangan tersebut menjadikan kita
bersiap-siap dengan amalan sholeh. Juga sikap ini menjadikan kita sedikit dalam berpanjang angan-angan.
Demikian kata Ibnu Baththol ketika
menjelaskan hadits di atas. Moga di bulan penuh barokah ini, kita diberi taufik oleh Allah untuk semakin taat pada-Nya. Wallahu waliyyut taufiq.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS