RSS

Wanita Yang Berpakain Tapi Telanjang

wanita yang telanjang
Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini. Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini. 

Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.

Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun

An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.

Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.

Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.

Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.

Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)

Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.

Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.

Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.

Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)

Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.

Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini

Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?

An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)

Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!

Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ….


Artikel http://rumaysho.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Empat Manusia Yang Dirindukan Surga

Kita yakin… siapapun kita, pada strata sosial manapun kita, apapun prosfesi kita, dibumi manapun kita berpijak pasti mau menjadi orang yang dirindukan oleh syurganya Allah SWT.
Tempat yang di idam-idamkan oleh seluruh makhluk Allah, tempat yang tidak terdengar di dalamnya perkataan yang tak berguna,sia- sia dan dusta, didalamnya ada mata air yang mengalir, takhta-takhta yang ditinggikan, gelas-gelas berisi minuman yang terletak dekat, bantal-bantal sandaran yang tersusun, permadani-permadani yang terhampar, kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya. Kebayang enggak indahnya syurga ?….
Rasulullah SAW, mengatakan :” Syurga merindukan empat orang:
Pertama, orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an. Nampaknya wajar jikalau syurga merindukan ahli qur’an ini karena sejak didunia saja mereka sudah diservis oleh Allah dengan ketenangan bathin, kasih sayang-Nya, kecintaannya, kemuliaan dan selalu di ingat oleh-Nya.
Kedua, penjaga lidah. Memang lidah tak bertulang tapi ia lebih tajam dari sebilah pedang, dampaknya akan mengakibatkan peperangan antar suami isteri, antar kelompok, bahkan antar dua bangsa. Efek negatifnya akan membuat orang menjadi sengsara, akan melenyapkan pahala kebaikan yang kita buat seperti api memakan kayu bakar, akan membuat puasa jadi hampa dan sia-sia. Namun bila kita menjaganya, subhanallah… begitu banyak kenikmatan akan kita raih, dengan lisan kita berdakwah, dengan lisan kita bertilawah, dengan lisan kita berdo’a.
Ketiga, pemberi makan orang yang kelaparan. Sungguh, Allah Yang Maha berterimakasih (Syakuur) akan membalas sekecil apapun kebaikan kita kepada orang lain. Bila kita memberi minum kepada saudara kita yang kehausan maka Allah akan memberi kita minum pada hari kiamat nanti disaat orang-orang sedang dilanda dahaga, Bila kita memberi makan kepada saudara kita yang sedang kelaparan, niscaya Allah akan memberi kita makan di saat orang-orang kelaparan pada hari akhir nanti, Bila kita memberi pakaian kepada saudara kita didunia ini, niscaya Allah akan memberi kita pakaian yang indah disaat orang-orang telanjang pada hari perhitungan nanti, bila kita memudahkan urusan saudara kita yang sedang kesulitan dan dihimpit permasalahan, yakinlah bahwa Allah akan memudahkan urusan kita sejak didunia ini. Pertolongan Allah akan datang kepada seorang hamba manakala sang hamba menolong saudaranya.
Keempat, Orang-orang yang berpuasa di bulan ramadhan. Di bulan yang mulia yang penuh berkah, rahmat, ampunan ini Allah menjanjikan kepada kita akan pembebasan dari panasnya api neraka, pedihnya azab neraka dan kejamnya siksa neraka bila kita berpuasa, dan menghidupkan malamnya dengan shalat, qiro’at dan kholwat serta ibadah apapun dengan hanya mengharap ridho-Nya.
Bila empat amal ini kita lakukan, nampaknya wajarlah bila syurga merindukan kehadiran kita…Amien
Sahabat – sahabatku, pastinya kita mau donk jadi golongan orang – orang yang dirindukan syurga, nah insyaAllah sebentar lagi bulan Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan akan segera tiba, maka marilah kita berlomba dan saling berkompetisi agar dapat menjadi golongan yang nomer empat seperti yang telah disebutkan diatas. Semoga Allah memanjangkan umur kita dan memberikan kita kesehatan agar kita siap menghadapi bulan Ramadhan dan dapat memaksimalkan ibadah kita dalam bulan Ramadhan nanti. Amin.
sumber : https://cintasegilima.wordpress.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5 Pelanggaran dalam Pacaran.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Di remajaislam.com, pernah kami bahas masalah hukum pacaran. Untuk menguatkan artikel sebelumnya, berikut kami rinci beberapa pelanggaran pacaran dan materi ini baru saja kami sampaikan di pesantren kami “Pesantren Darush Sholihin” yang mayoritas santrinya adalah para remaja.
Pelanggaran-pelanggaran dalam pacaran adalah:

1. Melakukan berbagai hal pendahuluan zina.
Padahal segala perantara menuju zina itu dilarang, baik dengan memandang lawan jenis dengan syahwat (nafsu), meraba atau menyentuh, berdua-duaan, apalagi sampai berciuman meskipun hal-hal tersebut tidak sampai zina. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32). Kata Asy Syaukani dalam Fathul Qodir, “Jika mendekati zina dengan melakukan berbagai hal sebagai pendahuluan zina itu terlarang, maka zina sendiri jelas terlarang. Karena sesuatu itu haram, maka segala perantara menuju sesuatu tersebut jelas haram. Inilah yang dimaksud dalam konteks kalimat.” Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di dalam kitab tafsirnya menjelaskan, “Larangan dalam ayat ini adalah larangan untuk mendekati zina. Larangan mendekati saja tidak dibolehkan apalagi sampai melakukan zina itu sendiri. Larangan mendekati zina ini meliputi larangan melakukan berbagai pendahuluan dan perantara menuju zina.”
2. Berduaan dengan lawan jenis.
Ini juga pelanggaran yang tidak bisa dipungkiri. Berduaan bisa jadi berduaan di satu tempat, di kegelapan, atau di tempat sepi, atau boleh jadi berduaan lewat sms-an, telepon atau lebih keren lagi lewat pesan facebook. Banyak kejadian yang berawal dari berdua-duaan seperti ini, di antaranya berhubungan lewat inbox facebook, lalu mengajak ketemuan, lantas ujung-ujungnya terjadilah apa yang terjadi. Berdua-duaan dengan lawan jenis terlarang berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih dilihat dari jalur lain)
3. Tidak menundukkan pandangan.
Dengan lawan jenis kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan dan jelas terlarang jika dengan syahwat (nafsu). Perintah ini dimaksudkan agar lebih menjaga hati dan agar hati tidak tergoda pada zina. Memandang lawan jenis barulah jadi halal jika melalui hubungan pernikahan atau dibolehkan jika wanita yang dipandang masih mahrom kita. Mengenai larangan memandangn lawan jenis, disebutkan dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770).
4. Tidak menjaga aurat.
Ini pun jelas ada dalam pacaran. Karena seringnya berdua-duaan, si pria pun ingin melihat aurat wanita. Si pria ingin melihat indah gemulai rambutnya dan sebagainya yang merupakan aurat. Padahal menutup aurat dengan mengenakan jilbab itu adalah wajib sebagaimana firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59). Melihat aurat wanita barulah dibolehkan jika memang halal sebagai istri, bukan saat pacaran. Kerabatnya saja yang masih mahrom dibolehkan melihat sebatas anggota tubuh yang nampak ketika berwudhu. Lantas kenapa orang yang jauh sampai dibolehkan melihat kehormatan wanita tersebut padahal akad nikah pun belum ada?
5. Bersentuhan dengan lawan jenis.
Ini pun pelanggaran yang sering dilakukan oleh yang berpacaran. Baik di kesepian maupun tempat umum, seringnya ingin berjalan bergandengan tangan padahal belum halal.
Dari Abdulloh bin ‘Amr, ”Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah berjabat tangan dengan wanita ketika berbaiat.” (HR. Ahmad dishohihkan oleh Syaikh Salim dalam Al Manahi As Syari’ah)
Dari Umaimah bintu Ruqoiqoh dia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku tidak pernah menjabat tangan para wanita, hanyalah perkataanku untuk seratus orang wanita seperti perkataanku untuk satu orang wanita.” (HR. Tirmidzi, Nasai, Malik dishohihkan oleh Syaikh Salim Al Hilaliy)
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)
Ini baru lima pelanggaran yang kami ungkap dari sisi dalil. Namun masih banyak pelanggaran selain itu yang semuanya berujung pada zina. Awal berpacaran saja penuh kekhawatiran karena seringkali melakukan dosa, ujungnya pun penuh penyesalan. Luqman berkata kepada anaknya, “Wahai anakku. Hati-hatilah dengan zina. Di awal zina, selalu penuh rasa khawatir. Ujung-ujungnya akan penuh penyesalan. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10/326)
So … stop pacaran! Tempuh jalan yang halal. Cukup ta’aruf (perkenalan dalam waktu singkat) ketika ingin serius nikah, lantas datang ke rumah ortu untuk lamaran, dan langsungkanlah segera pernikahan, jangan tunda-tunda. Lebih cepat, lebih baik!
Semoga Allah beri taufik pada para remaja sekalian untuk mengenal ajaran Nabinya dan semoga mereka pun semakin bertakwa dan takut akan siksa-Nya. Wallahu waliyyut taufiq.
sumber : www.remajaislam.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aurat Kaum Wanita.


1. Bulu kening
Menurut Bukhari “Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur (menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening)”
Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari
2. Kaki ( tumit kaki )
“Dan janganlah mereka ( perempuan ) membentakkan kaki ( atau mengangkatnya) agar diketahui perrhiasan yang mereka sembunyikan” An-Nur : 31
(1). menampakkan kaki (2). menghayungkan / melenggokkan badan mengikut hentakkan kaki
3. Wangian
” Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina “. Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban
4. Dada
“Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi dada-dada mereka”. An-Nur : 31
5. Gigi
“Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya”. Riwayat At-Thabrani “Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik,yang merubah ciptaan Allah”. Riwayat Bukhari dan Muslim
6. Muka dan leher
“Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu “
(a). bersolek ( make-up ) (b). menurut Maqatil : Sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah
7. Muka dan Tangan
“Asma Binte Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma ! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaidh tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja”. Riwayat Muslim dan Bukhari
8. Tangan
“Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya”. Riwayat At Tabrani dan Baihaqi
9. Mata
“Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya”. An Nur : 31
Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan yang pertama, ada pun pandangan seterusnya tidak dibenarkan “. Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi
10. Mulut ( suara )
“Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik“. Al Ahzab : 32
” Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi “. Riwayat Ibn Majah
11. Kemaluan
“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka (jangan berzina)”. An Nur : 31
“Apabila seorang perempuan itu sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (tidak berzina) dan menta’ati suaminya, maka masuklah ia kedalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya”. Riwayat Al Bazzar
“Tiada seorang perempuan pun yang membuka pakaiannya bukan dirumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah”. Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah
12. Pakaian
“Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan dihari akhirat nanti”. Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah
“Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya”. Riwayat Bukhari dan Muslim
(a). Berpakaian tipis / jarang (b). Berpakaian ketat / membentuk (c). Berpakaian berbelah / membuka bahagian-bahagian tertentu
“Hai nabi-nabi katakanalah kepada isteri-isterimu, anak perempuan mu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab ( baju labuh dan loggar ) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang” Al Ahzab : 59
13. Rambut
“Wahai anakku Fatimah ! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya”. Riwayat Bukhari dan Muslim.
14. “Bagi wanita-wanita yang memelihara dirinya dan menta’ati suaminya, segala makhluk, burung yang terbang, ikan dilaut, malaikat dilangit, matahari dan bulan dan lain-lain memohon keampunan Allah untuknya”
Wassalam
sumber : http://ervakurniawan.wordpress.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kenapa Ngga Pacaran?


Dulu waktu masih kecil, saya mikir apa dalam hidup ini harus pacaran ya? Atau kalau mau nikah itu harus pacaran dulu ya? Soalnya orang-orang, baik yang tetangga atau yang di televisi, banyak yang begitu. Mereka pacaran dulu yang lama, kalau belum cocok mereka cari pacar lagi. Kalau sudah cocok, pacarnya enggak langsung diajak nikah, tapi tunangan dulu. Ah, ribet amat!

Lalu saya jadi kepikiran, kalau harus pacaran, kira-kira kapan ya saya pacaran? Caranya gimana biar punya pacar? Terus kalau sudah punya pacar ngapain saja? Huh, semua itu bikin otak saya yang masih polos mendadak cenat-cenut jadinya.
Apalagi kalau lihat orang pacaran, rasanya bikin tambah depresi dan enggak percaya diri. Bagaimana enggak, kalau mau punya pacar itu harus cakep dan keren. Lah, muka saya kan pas-pasan. Ganteng enggak, jelek-jelek amat juga kagak. Baju juga seadanya doang. Enggak bisa dibilang keren. Itu pakaian juga cuma buat main sama teman di lingkungan rumah. Karena itulah saya suka seragam sekolah, karena enggak perlu pusing mikirin pakaian.

Saya yang masih lugu itu juga sempat berpikir kalau pacaran harus punya uang banyak. Kenapa? Karena harus punya handphone, terus beli pulsa terus untuk nanyain kabar pacar lagi apa di mana. Sudah begitu, harus antar jemput pacar dari rumah ke sekolah. Wah, enggak sanggup deh! Handphone saja enggak ada (baru dibeliin pas kelas satu SMA). Itu juga irit banget soal pulsa. Makanya, kalau enggak terpaksa banget, pasti saya enggak akan bales-bales SMS. Terus saya paling anti yang namanya nelpon. Enggak cukup tega lihat jeda pulsa yang langsung raib karena nelpon yang cuma beberapa menit doang. Terus gimana mau antar jemput pacar, kendaraan saja enggak punya. Pulang pergi dari rumah ke sekolah saja sudah ngabisin sekian jam. Belum lagi kalau macet. Mau jam berapa sampai rumah kalau harus anter jemput pacar? Belum lagi ngitung ongkosnya! Alamak, bisa pingsan saya. Belum lagi kalau ingat pacaran itu ada kewajiban traktir pacar. Saya selalu mikir begini, kalau semangkuk mie ayam itu Rp 5000,- dan saya harus mengeluarkan Rp 10.000,- untuk beli dua mangkuk, yang sejatinya saya hanya makan satu mangkuk, jelas logika saya tidak bisa menerima. Kenapa tidak dua mangkuk saya makan saja sekaligus? Kenapa harus dikasih pacar? Hey, itu kan duit saya!

Terus kalau pacaran itu harus setia kan ya? Nah, saya yang saat itu masih suka ngabisin duit Rp 2000,- buat main PS one satu jam di rumah Pak Bagio enggak setuju dengan aturan ini. Saya sadar, saya itu masih suka tengok kanan tengok kiri. Maksudnya masih ingin bebas mainnya. Masa iya kalau mau apa-apa itu harus lapor pacar. Ke lapangan sebelah buat main sepeda bilang-bilang pacar. Mau makan cakwe atau somay harus ajak pacar. Aduh, ribet!

Sempat juga saya prediksi, bahwa kalau pacaran itu pasti ada obrolan-obrolan, yang sebetulnya saya kurang paham apa yang diobrolkan. Tapi saya sadar, saya orangnya kaku, pendiam, dan enggak banyak tingkah. Pokoknya pribadi yang kalau ada orang ngajak ngobrol syukur, kalau enggak ya sudah. Saya memang enggak cerdas buat bikin permulaan dalam pembicaraan. Dipancing-pancing juga pasti buntu pikiran. Bagaimana mau ngobrol, bahannya saja seret. Mungkin gara-gara jarang baca buku kali ya. Buktinya di kelas saya juga enggak pinter-pinter amat. Pikirannya cuma main dan main. Oia, saya juga lihat di televisi, orang-orang pacaran itu ada rayuan-rayuannya. Nah, ngobrol saja sulit, apalagi jadi orang yang sok romantis. Beuh, rasanya saya makin yakin kalau saya itu memang enggak bakat pacaran.

Yah, begitulah. Pas masih kecil saya memang sensitif tentang masalah duit. Maklum, saya terlahir di keluarga yang cukup sederhana. Masalah duit, tentu menjadi hal yang sakral untuk diusik. Rasanya enggak ikhlas kalau duit cepet habis untuk beli makanan, apalagi beliin buat orang lain. Orang tua juga paling-paling marah kalau saya keseringan minta duit yang enggak jelas larinya kemana, padahal habis buat pacaran. Tapi sebaliknya, saya enggak pernah pelit kalau disuruh beli mainan kaya robot-robotan, atau main dingdong dan PS one. Hm, kenapa ya? Yasudahlah, namanya juga anak kecil.

Mungkin karena sifat saya yang kebanyakan mikir dan mempertimbangkan untung-rugi itulah yang membuat saya akhirnya (sampai sekarang) belum pernah pacaran.

Tapi itu dulu. Saat masa-masanya lebih banyak bermain daripada belajar. Saat masih lucu-lucunya. Belum paham betul tentang masalah perasaan suka, sayang, atau cinta. Saat di mana emosi masih labil dan suka egois terhadap banyak hal. Juga saat hasrat terhadap lawan jenis masih belum terlalu tajam. Paling-paling hanya bisa membedakan mana anak yang cakep, mana yang enggak.

Kemudian, seiring berjalannya waktu, saya pun berubah. Jakun sudah timbul. Bulu-bulu juga sudah muncul. Saya ibarat besi yang ditarik-tarik oleh medan magnet dari lawan jenis, sehingga kadang kalau papasan dengan lawan jenis yang cakep, ada aliran listrik mengalir dalam darah saya. Saya sadar, saya sudah SMP, bukan anak kecil lagi. Hasrat itu pun sudah mulai ada. Tapi, masih enggak berani buat ambil keputusan pacaran. Kenapa? You know-lah… Ideologi ‘hemat’ itu masih kuat melekat. Maka benarlah kata orang, “Tidak ada yang gratis di Jakarta!” Mau pacaran saja harus punya duit. Oh, Tuhan… kasihanilah saya. Sampai kemudian saya bertekad cari duit yang banyak biar kaya raya, baru deh cari pacar.

Tapi belum maksud itu terwujud, keyakinan saya mulai goyah. Maksudnya, ‘hemat’ bukan lagi menjadi satu-satunya ideologi yang bercokol di kepala saya. Ada ideologi baru yang merasuk ke dalam relung pemikiran saya. Tidak hanya berputar di kepala, tetapi juga merembes ke hati. Ideologi baru ini dimulai saat saya mengenal Rohis. Sebuah ekskul penuh misteri yang akhirnya menyihir saya untuk bergabung dan aktif di sana selama SMA. Ideologi ini bukan lagi soal untung rugi, tetapi soal orientasi dalam memandang cinta sejati, yang hanya pantas diberikan kepada Illahi Robbi.

Alhasil, muncullah beberapa butir pemikiran baru yang menjadi alasan kenapa saya belum juga pacaran:

1. Pacaran itu bukan budaya Islam

Di Islam adanya langsung nikah setelah melalui tahapan pengenalan (ta’aruf) secara syar’i. Pacaran tidak dilarang, asal sudah muhrim. Karena kalau tidak, akan mengarahkan pada perbuatan zina. Islam juga tidak menjadikan faktor dunia, seperti harta, sebagai landasan utama untuk menikah. Yang diutamakan adalah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Wah, jelas ini lebih ‘hemat’ kan!

2. Pacaran itu bikin hati enggak bersih

Jika hati itu ibarat papan kayu, maka pasangan hidup adalah pakunya. Sementara lubang yang tertinggal di papan saat paku dicabut adalah kenangan. Meski paku tak lagi bersarang, namun tubuh papan sudah banyak bolongnya. Hati yang sudah sering dipakai untuk pacaran, tentu sudah banyak bolongnya, terisi kenangan-kenangan sama pacar. Jadinya kalau sudah menikah, rasa gregetnya sudah banyak yang hilang. Kasihan kan istri atau suami kita kalau kita kasih hati yang statusnya ‘sisa’. Lagipula memang kita mau kalau dikasih hati yang ‘sisa’ sama istri atau suami kita nantinya? Ingatlah, wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan wanita yang tidak baik untuk lelaki yang tidak baik.

3. Pacaran itu boros uang

Uang yang seharusnya bisa dihemat mendadak sering habis karena dipakai buat antar jemput pacar, traktir makan pacar, nelpon dan SMS pacar, bayar SPP pacar (masa iya?), dan lain-lain yang berkaitan dengan pacar. Mending kalau uangnya cari sendiri, nah kalau masih minta orang tua? Gengsi dong…

4. Pacaran itu boros pikiran

Masa muda itu harusnya dipakai untuk belajar, belajar, dan belajar. Jadi hati dan pikiran kudu bersih tuh. Nah, kalau sudah penuh dengan bayangan pacar, bagaimana mau belajar dan mengukir prestasi? Daripada mikirin pacar, mending mikirin deh tuh rumus matematika. Lagian, belum tentu juga pacar mikirin kita sebagaimana kita mikirin dia.

5. Pacaran itu boros waktu

Sehari ada 24 jam. Itu juga dibagi-bagi untuk tidur delapan jam, belajar di sekolah kurang lebih delapan jam, lalu sisanya untuk antar jemput pacar, nelpon pacar, kasih makan pacar, dan apa-apa sama pacar. Ah, enggak bebas jadinya. Mending waktunya dipakai untuk hal lain yang lebih jelas manfaatnya.

6. Pacaran itu boros tenaga

Sudah capek pikiran, tentu tenaga terkuras saat pacaran. Ya itu tadi. Antar jemput pacar, nelpon dan SMS pacar, kasih makan pacar, jalan-jalan sama pacar, mijetin pacar. Aduh, capek deh… mending tenaganya buat olah raga atau bantu-bantu orang yang lebih membutuhkan. Sudah sehat, dapat pahala pula.

Nah, sejak saat itulah, saya berniat meski sudah kaya raya nantinya (aamiin), saya tidak mau menempuh jalan pacaran. Lewat jalan pintas saja, yakni langsung nikah! Toh, pacaran itu kan untuk masa penjajakan atau kenalan. Kenapa juga harus buang-buang banyak uang, waktu, tenaga, dan pikiran untuk berlama-lama kenalan? Bisa rugi bandar saya.

Biarlah indahnya masa pacaran itu saya rasakan setelah menikah nanti. Dalam balutan ridho Illahi dan dengan kesegaran hati yang belum pernah terbagi, khusus untuk wanita muhrim yang telah resmi menjadi istri pujaan hati.

Enggak mudah memang tidak pacaran di tengah zaman millennium seperti ini. Tapi yakin deh, semua akan indah pada waktunya. Dan saya merasa dada saya sudah makin tipis karena sering dielus-elus sambil bilang, “Sabar… Sabar…” Semoga kalian pun demikian. ^_^

“(Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” [QS. Ali Imron (3): 8]
sumber : http://www.fimadani.com/kenapa-ngga-pacaran/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 Amalan Harian Muslim Sejati

Saudaraku, setiap waktu merupakan ladang pahala bagi setiap muslim… Oleh sebab itu, janganlah kau lewatkan setiap jengkal waktu yang engkau lalui dengan kesia-siaan dan merugikan diri sendiri.

Berikut ini, akan kami sebutkan tiga buah amalan yang agung di sisi Allah, amalan yang dicintai-Nya, amalan yang akan mendekatkan dirimu kepada-Nya, amalan yang akan menentramkan hatimu dimanapun kau berada, amalan yang akan menjadi tabunganmu menyambut hari esok setelah ditiupnya sangkakala dan hancurnya dunia beserta segenap isinya…

Semoga Allah mengumpulkan kita bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang salih di dalam surga-Nya…, Allahumma amin.


[1] Perbanyaklah berdzikir kepada-Nya

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku pun akan mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya…” (QS. al-Ahzab: 41). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.” (QS. al-Munafiqun: 9). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul seraya mengingat Allah, melainkan pasti malaikat akan menaungi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat yang di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

[2] Tetaplah berdoa kepada-Nya

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rabb kalian berfirman; Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri sehingga tidak mau beribadah (berdoa) kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada suatu urusan yang lebih mulia bagi Allah daripada doa.” (HR. al-Hakim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah subhanah, maka Allah murka kepada dirinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita tabaraka wa ta’ala setiap malam yaitu pada sepertiga malam terakhir turun ke langit terendah dan berfirman, ‘Siapakah yang mau berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, siapakah yang mau meminta kepada-Ku niscaya Aku beri, siapa yang mau meminta ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

[3] Mohon ampunlah kepada-Nya

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Allah akan menyiksa mereka sementara kamu berada di tengah-tengah mereka, dan tidaklah Allah akan menyiksa mereka sedangkan mereka selalu beristighfar/meminta ampunan.” (QS. al-Anfal: 33). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku setiap hari meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari).

Saudaraku,… perjalanan waktu menggiring kita semakin mendekati kematian… Oleh sebab itu marilah kita isi umur kita dengan dzikir, doa, dan taubat kepada-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang dicintai-Nya, diampuni oleh-Nya, dan mendapatkan rahmat dari-Nya…

Sumber:
Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menikah Tidak Harus dengan Cinta.

Judul tersebut diatas sebenarnya adalah sebuah ungkapan dari seorang sahabat, yang sudah saya anggap sebagai abang saya sendiri. Dan salah satu dari materi kajian di sebuah majelis ilmu sering membahas tema tersebut yang merupakan materi “wajib” bagi jamaah yang sebagian besar adalah bujangan.

Menikah merupakan sebuah ritual suci yang hampir semua bujangan selalu mengidam idamkannya, terkecuali orang yang sudah berputus asa dan enggan untuk menikah. Namun demikian, ketika seseorang dihadapkan kepada sebuah tahapan agar membuat sebuah keputusan untuk menikah, maka banyak pertanyaan di benaknya mengenai kriteria, pilihan, godaan, hingga tata cara bagaimana prosesi pernikahan itu sendiri.

Salah satu alasan bagi seseorang berazam dan mau menikah adalah cinta. Memang “cinta” adalah sebuah perasaan yang bagi seseorang yang mengalaminya akan membuat dirinya merasa terhibur, senang atau bahagia dan bahkan seperti melambung tinggi serasa di atas awan. Seseorang yang sedang jatuh cinta hatinya akan selalu berbunga-bunga. Seseorang yang sedang jatuh akan berusaha mengungkapkan kata-kata yang indah. Terkadang seseorang yang sedang jatuh cinta akan menjadi orang yang bukan dirinya sendiri. Seseorang yang tidak biasa membuat puisi karena jatuh cinta ia terkadang akan dengan mudahnya menyusun deretan kosa kata menjadi sebuah puisi yang indah.

Banyak sekali kisah, roman, novel hingga legenda yang menceritakan orang-orang yang sedang jatuh cinta. Ada yang berakhir bahagia, tetapi juga ada yang berakhir dengan tragis atau anti klimaks. Dari semuanya itu berisi haru biru perjalanan sebuah kisah cinta.

Kembali ke judul diatas. Sebagian dari kita mungkin sebelum menapaki sebuah jenjang pernikahan, terlebih dahulu dilalui dengan proses jatuh cinta. Sebuah cintalah yang mengantarkannya hingga ke pernikahan. Namun demikian, apakah sebuah pernikahan harus dengan cinta ?.

Setelah wafatnya Sayyidah Khadijah ra, tidak ada satu orang pun yang berani menayakan kepada Rasulullah SAW mengenai pernikahan. Pada akhirnya, Khaulah binti Hakim dengan bimbingan dari Allah SWT memberanikan diri menanyakannya. Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra, ia berkata, “Ketika Sayyidah Khadijah ra meninggal dunia, Khaulah binti Hakim bin Auqashra, istri Utsman bin Mazh’un, berkata kepada Rasulullah SAW- dan hal ini terjadi di Mekkah-, “Wahai Rasulullah tidakkah baginda ingin menikah ?” Beliau berkata, ” Dengan siapa ?”. Khaulah binti Hakim berkata, ” Ada dua wanita, yang satu gadis dan yang satunya lagi sudah janda.” Rasulullah SAW berkata, ” Siapa yang masih gadis ?” Khaulah binti Hakim berkata, ” Ia adalah putri dari orang yang paling baginda cintai, Aisyah binti Abu Bakar ra”. Rasulullah SAW berkata, ” Lalu yang janda siapa ?” Khaulah binti Hakim berkata,” Saudah binti Zam’ah ra, ia adalah wanita yang mulia yang beriman kepadamu.” Rasulullah SAW berkata, ” Kalau begitu berangkatlah kamu dan tanyakan kamu kepadanya (Saudah binti Zam’ah) dan tanyakan kepadanya apakah ia bersedia.” (HR. Att Thabarani). Di dalam riwayat lain, kemudian Khaulah binti Hakim berangkat ke rumah Saudah bin Zam’ah dan menanyakan kesediaannya untuk menjadi istri Rasullah SAW. Akhirnya dengan suka cita Saudah menerimanya, pernikahan pun dilangsungkan.

Hadits tersebut diatas hanyalah salah satu contoh, dari sekian banyak proses pernikahan Rasulullah SAW. Dari riwayat tersebut di atas proses menuju pernikahan yang dilakukan Rasullah SAW sangatlah singkat. Dan demikian juga pernikahan beliau dengan istri-istri yang lain. Namun demikian, kecintaan Rasulullah SAW dengan istri-istrinya timbul setelah pernikahan. Pasangan mana yang bisa menandingi keharmonisan dan kebahagiaan dibandingkan dengan Rasulullah SAW dengan istri-istrinya? Rasulullah SAW adalah seorang suami yang sangat romantis, meski istri-istrinya sebagian besar tidak banyak beliau kenal sebelumnya. Beliau tidak segan-segan memeluk, membelai, menyapa dengan sapaan yang menyenangkan, menggendong , memasak, sampai dengan bersenda gurau dengan istri-istrinya.

Perasaan jatuh cinta atau jatuh hati seseorang kepada orang lain sebelum terjadinya pernikahan bagi sebagian orang adalah suatu hal yang bisa dimaklumi. Seorang laki laki yang mencintai wanita, atau sebaliknya adalah sebuah fitrah manusia yang merupakan nikmat di dunia yang telah Allah SWT berikan.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS.3.14)

Tetapi apakah benar, seorang yang jatuh cinta itu benar-benar akan menunjukkan cintanya ? Atau mungkin hanya nafsu syahwat belaka. Apakah dengan perasaan cintanya, langsung serta merta meng-azamkannya untuk segera menikah ? Pada kenyataannya tidak otomatis demikian. Justeru dengan “perasaan cinta” yang dimiliki, banyak orang yang larut dengan “dunia cinta” nya. Sebagian orang malah membiarkan perasaan cintanya sampai berbulan-bulan dan bahkan sampai bertahun-tahun. Semakin lama seseorang dalam “dunia cinta” nya, maka ia akan semakin hanyut dan terlena.

Berapa banyak orang yang jatuh cinta pada akhirnya mereka pun tenggelam dengan berpacaran. Orang yang sudah tenggelam dengan pacaran, maka ia pun akan semakin larut dengan nafsunya.

Permasalahannya lain yang timbul adalah ketika seseorang sudah jatuh cinta dan sepakat untuk pacaran  bukan sepakat untuk menikah, maka perasaan cinta yang sudah larut tersebut akan terbawa terus, bahkan selama hidupnya seseorang akan ingat bagaimana waktu ia jatuh cinta. Sehingga, seandainya ia menikah dengan orang lain, maka kehidupannya sedikit banyak akan dipengaruhi memori pada saat dia jatuh cinta dengan orang lain tersebut. Ini belum apabila dia “patah hati” atau “putus cinta”. Sudah banyak orang yang gila gara-gara masalah ini. Sudah banyak orang yang nekad bunuh diri karenanya. Dan sudah banyak orang yang tidak mau menikah sampai seumur hidupnya gara-gara masalah ini. Inilah yang perlu diwaspadai.

Hati kita cuma satu, maka berhati-hatilah kalau kita jatuh hati. Maka kenalilah cinta sebelum kita jatuh cinta, tetapi menikah tidak harus dengan cinta. Wallahu a’lam bishowab.

****
sumber : http://ervakurniawan.wordpress.com/2011/11/01/menikah-tidak-harus-dengan-cinta/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS